Sejarah Desa Jatimulyo

Chang Ajhib 05 Februari 2024 12:33:34 WIB

SEJARAH DESA JATIMULYO

 

Desa Jatimulyo memiliki sejarah yang berkaitan erat dengan peristiwa sejarah penting di wilayah Yogyakarta, terutama setelah perang Diponegoro (1825-1830) dan perjanjian Klaten pada 27 September 1830. Pada awalnya, wilayah Kesultanan Yogyakarta meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur sesuai dengan perjanjian Giyanti tahun 1755. Namun, akibat perjanjian Klaten, wilayah Kesultanan Yogyakarta dipangkas, termasuk wilayah enchlave Kasunanan Surakarta di kecamatan Dlingo, di mana Desa Jatimulyo berada. Pada tahun 1957, dengan diterbitkannya UU Darurat No 5 tahun 1957 dan UU No 14 tahun 1958, serta diikuti dengan Perda No 1 tahun 1958, terjadi perubahan kedudukan daerah enchlave kecamatan Dlingo, termasuk Desa Jatimulyo, yang kembali masuk ke dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Perubahan ini mencerminkan perjalanan administratif yang signifikan bagi Desa Jatimulyo.

Desa Jatimulyo memiliki akar sejarah yang dalam dan sarat makna, terutama dalam asal usul namanya. Nama Desa Jatimulyo berasal dari kata "Sejatining Kamulyan" dalam bahasa Jawa. Makna dari " Sejatining Kamulyan " merujuk pada tujuan hidup sejati bagi semua manusia. Konsep ini menggambarkan hasrat setiap individu untuk mencapai kemuliaan yang sejati, di mana kehidupan mereka penuh kedamaian dan kebahagiaan, baik dalam dunia ini maupun di akhirat. Keinginan untuk hidup tenteram dan bahagia menjadi inti dari tujuan hidup setiap manusia. Kata “Sejatining Kamulyan” tersebut lalu kemudian disederhanakan atau dipersingkat menjadi "JATIMULYO" dalam penggunaan sehari-hari.

Desa Jatimulyo memiliki sejarah yang kaya dan beragam, salah satu kisah menarik terkait dengan perjalanan Sunan Kalijaga di wilayah ini pada zaman dahulu. Konon, Sunan Kalijaga memainkan peran penting dalam memetakan jalan dan menunjukkan arah menuju Desa Jatimulyo. Sunan Kalijaga membentuk suatu peta sumbu filosofis dengan menggunakan "tetenger" atau penanda dengan nama-nama Padukuhan yang memiliki makna mendalam. Berikut adalah masing-masing Padukuhan yang membentuk sumbu filosofis dalam sejarah Desa Jatimulyo:

  1. Padukuhan Banyuurip:

Arti: Banyu (air), sebagai sumber kehidupan. Filosofi: Menggambarkan pentingnya air sebagai elemen utama kehidupan. Mencerminkan pentingnya sumber daya alam dan keberlanjutan kehidupan.

 

  1. Padukuhan Tegallawas:

Filosofi: Dalam Al-Quran dijelaskan ada golongan orang-orang terdahulu/lawas dan orang-orang kemudian/anyar. Hal ini mencerminkan pemahaman bahwa lahan kehidupan harus dibersihkan dengan air yang suci dan mensucikan, serta peran generasi yang terus berganti.

  1. Padukuhan Maladan/Muladd:

Makna: Identik dengan api dan amarah. Filosofi: Perjalanan menuju Jatimulyo setelah reresik (bersuci) tentu juga harus membentuk karakter sidiq, amanan, fatonah, tabligh dengan mengendalikan hawa nafsu (mulad sariro hangssoro wani).

  1. Padukuhan Badean:

Filosofi: Mengandung makna bahwa hidup adalah pilihan antara benar dan salah. Semua terserah pada kita. Namun, jika ingin meraih sejatining kamulyan (Jatimulyo), maka kita harus selalu memilih untuk berlaku benar.

  1. Padukuhan Dodogan:

Makna: Ndog (telur) sebagai gambaran awal terjadinya generasi baru. Filosofi: Dodogan mengingatkan akan sangkan paraning dumadi (awal mula kejadian manusia), menekankan pentingnya awal yang baik dan generasi baru sebagai harapan masa depan.

Keberadaan situs atau petilasan juga  masih dapat ditemui hingga saat ini sebagai saksi sejarah dan kekayaan budaya Desa Jatimulyo. Beberapa lokasi yang berkaitan dengan perjalanan Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng (Cokro Joyo) termasuk:

  1. Pohon Jati Kluwih di Padukuhan Loputih
  2. Blumbang Bantu Panguripan di Padukuhan Banyuurip
  3. Sendang Banyu Panguripan di Padukuhan Banyuurip
  4. Kedung Pocot di Padukuhan Banyuurip
  5. Petilasan Wit Nggayam di Padukuhan Banyuurip
  6. Watu Sego dan Petilasan Miri di Padukuhan Badean
  7. Petilasan Miri di Padukuhan Badean.
  8. Tipak Arang Sunan Geseng di Padukuhan Gayam

Situs-situs ini menjadi jejak berharga dari masa lalu yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Jatimulyo. Hal ini tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga mengandung makna filosofis dan spiritual bagi masyarakat setempat. Dengan menjaga dan merawat warisan ini, Desa Jatimulyo terus memperkaya kebudayaan dan identitasnya, mengukuhkan posisinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sejarah Jawa dan Daerah IstimewaYogyakarta.

Komentar atas Sejarah Desa Jatimulyo

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License